DEWARTA.COM – Sosok yang dikenal tegap, lantang dan berani sejak dari masa mudanya dalam menyuarakan keadilan dan kemanusiaan, tak salah kiranya disematkan pada H Bursah Zarnubi, SE Calon Anggota Legislatif (Caleg) DPR RI Partai Demokrat Nomor urut 4 Dapil Jambi periode 2024 – 2029.
Bursah Zarnubi adalah sosok yang peduli pada kemanusiaan dan kesejahteraan wong cilik. Demokrasi menurut Pendiri Himpunan Masyarakat untuk Kemanusiaan dan Keadilan (Humanika) yang cukup disegani karena sikap kritisnya terhadap pemerintah dan pengusaha nakal di masa orde baru ini, demokrasi harus menyentuh rakyat kecil pedesaan, bukan hanya para penduduk kota dan pemilik modal yang tidak memperhatikan nasib dan kemakmuran petani dan rakyat kecil lainnya.
“Bang Bursah ini tidak pilih pilih kawan, dengan siapa pun dia mau berteman,” ungkap salah seorang yang mengaku sejak lama mengenal sosok H Bursah Zarnubi, yang akrab dipanggil Bang Bursah oleh kalangan aktifis, politisi ibukota Jakarta hingga daerah, Kamis (4/1/24)
Bahkan, keterlibatannya dalam dunia politik dan pergerakan sosial bukanlah hal baru. Berbekal pengalaman politik yang cukup panjang, pria 64 tahun yang pernah duduk di komisi 11 DPR RI tersebut optimis bisa menjadi wakil rakyat Dapil Jambi di Senayan.
Bursah pun bukanlah politisi kemarin sore yang baru berkecimpung di Provinsi Jambi. Selain berbekal jaringan organisasi serta kalkulasi politik yang matang, mantan Ketua Umum Partai Bintang Reformasi (PBR) itu juga punya akar kekeluargaan dan kekerabatan yang cukup kuat di sejumlah wilayah se-provinsi Jambi.
Diantaranya di Kabupaten Kerinci, Sungai Penuh, Tanjung Jabung Barat, Sarolangun, Bungo, Bangko, Tebo, dan Kota Jambi. Jadi wajar jika dirinya optimis dapat kursi DPR RI Senayan.
“Jambi ini juga wilayah saya, saya punya teman, keluarga dan jaringan, sedikit banyak saya tahu demografi dan geografi di sini,” ungkapnya.
Bursah sendiri mengatakan bahwa dirinya telah melakukan pertemuan berupa silaturahmi langsung ke masyarakat di 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi.
“Yang penting di wilayah pemilihan kita garap semua,” ujar Pria kelahiran Lahat, 29 Januari 1959 itu.
“Tugas kita adalah berjuang, dan jalannya tentu tidak akan mudah. Ada kala menanjak, menurun, menikung dan ketemu jalan rusak. Itu biasa, dan saya terbiasa berjuang,” ujar Bursah.
“Tugas manusia adalah berusaha dan berdoa, sisanya serahkan kepada Tuhan. Kita harus yakin keajaiban itu memang ada dalam hidup manusia, dan saya yakin ada itu untuk saya nanti,” ucap Bang Bursah dengan nada optimisme besar. (eng)