LIVE TV
JN Menang Telak, Nahkodai Yayasan Budhi Luhur Kuala Tungkal PT LPPPI Sukses Hidupkan Kawasan Hijau, Panen Semangka “Montok” Bersama Petani Binaan Sijago Merah Ngamuk Lagi Tengah Malam di Pemukiman Warga, Belasan Bangunan Ludes Pelantikan Panwascam Tanjab Barat Berlangsung Khidmat, Ketua Bawaslu : Hari Ini Istimewa Miris, 31 Kali Kebakaran Januari Hingga Oktober 2022 di Tanjabbar

Home / DAERAH JAMBI / POLITIK

Senin, 5 Oktober 2020 - 15:09 WIB

Puji Kegigihan Kartini Anshar, UAS Beber Alasan Pilih Nama Kartini Anshar

DEWARTA.COM – Barisan relawan pemenangan Drs KH Anwar Sadat, M.Ag – Hairan,SH (Anshar), semakin terlihat rajin dan solid melakukan komunikasi politik dan sosialisasi ke masyarakat.


Tak ketinggalan barisan relawan Kartini Anshar pun mulai terlihat mengepakkan sayapnya hingga ke pelosok Desa dan Kelurahan.


Melihat keuletan barisan Kartini Anshar yang mulai terbentuk di banyak titik mata pilih itu, Calon Bupati Tanjab Barat, Ustadz KH Anwar Sadat (UAS) mengucapkan rasa syukur dan apresiasi kepada para relawan pendukung yang gigih dan ulet membawa semangat perubahan dan keberkahan bagi Kabupaten Tanjung Jabung Barat.


“Alhamdulillah, khusus Kartini Anshar ini kita andalkan untuk mengajak suaminya ikut juga menjadi bagian dari barisan Anshar. Karena biasanya suami ini nurut dengan istri,” ujar UAS, melontarkan guyonan sekaligus apresiasi atas partisipasi dan semangat barisan Kartini Anshar yang dikomandoi Hj Fadhilah istri Cabup UAS.


“Sengaja kami sematkan istilah Kartini Anshar ini, karena sosok Kartini punya peran cukup besar dalam membangun pendidikan, moral dan mental bangsa kita ini,” ujar UAS lagi.


“Kartini merupakan murid dari Syekh Muhammad Saleh. Kartini merupakn pahlawan pertama yang minta terjemahan Al Quran ke dalam bahasa kita,” urai UAS 

Baca Juga  Usung Program Pro Rakyat BERKAH MADANI, Masyarakat Sungai Baung Siap Perjuangkan Kemenangan UAS-Katamso

Kegelisahan Kartini terjawab saat dia bertemu seorang ulama dari Darat, Semarang, Jawa Tengah. Ulama itu adalah Kiai Sholeh Darat.


Keduanya bertemu dalam acara pengajian di rumah Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat, paman Kartini. Saat itu, Kiai Sholeh sedang memberikan pengajaran tentang tafsir surat Al Fatihah, surat pembuka dalam Alquran. Satu hal yang sangat baru ditemui dan didengar Kartini.
Pertemuan Kartini dan sang ulama dituturkan cucu Kiai Sholeh, Fadhila Sholeh. Fadhila memaparkan hal ini lewat tulisan dalam bentuk selebaran yang terdapat di makam Kiai Sholeh di Semarang.


Sebelumnya, Kartini memang tak pernah tahu apa arti dan makna dari surat Al Fatihah meski ia sering membacanya. Kartini benar-benar terpukau dan tersedot perhatiannya.


Begitu pengajian usai, Kartini saat itu segera menemui pamannya. Ia menyampaikan keinginan bertemu Kiai Sholeh untuk berguru. Perempuan kelahiran Rembang 21 April 1879 itu bahkan sampai mendesak pamannya untuk menemani dirinya menemui sang ulama.


Usahanya tak sia-sia. Pamannya yang terenyuh melihat Kartini pun mengantarnya.


“Kiai, perkenankan saya bertanya bagaimana hukumnya apabila seorang berilmu, namun menyembunyikan ilmunya?” tutur Kartini membuka dialog dengan Kiai Sholeh Darat setelah berbasa-basi lazimnya orang Jawa.

Baca Juga  Jaga Kelestarian Lingkungan, LSM JPK Ajak Masyarakat dan Perusahaan Cegah Karhutla


Kiai Sholeh malah balik bertanya, “Mengapa Raden Ajeng mempertanyakan hal ini? Kenapa bertanya demikian?”
Dijawab oleh Kartini, “Kiai, selama hidupku baru kali ini saya berkesempatan memahami makna surat Al Fatihah, surat pertama dan induk Alquran. Isinya begitu indah, menggetarkan sanubariku.”
Kartini lalu menyampaikan rasa syukurnya kepada Allah diberi kesempatan memahami Al Fatihah. Kyai Sholeh tertegun. Kiai kharismatik itu tak kuasa menyela.


“Namun, saya heran mengapa selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran Alquran. Bukankah Alquran adalah bimbingan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?” ucap Kartini.
Dialog berhenti, Kiai Sholeh tak bisa berkata apa-apa kecuali bertasbih, “Subhanallah.”


Kartini telah menggugah kesadaran Kiai Sholeh untuk melakukan pekerjaan besar, menerjemahkan Alquran ke dalam Bahasa Jawa.


“Dan Raden Ajeng Kartini stelah maghrib dan isya ia rajin baca al quran. Ia pun rajin berdoa bagi kebaikan bangsa,” urai UAS.


“Jadi kalau ada yang bertanya, itulah alasan kita memakai istilah Kartini Anshar ini,” jelas UAS. (sya)

Share :

Baca Juga

DAERAH JAMBI

Bupati Anwar Sadat Buka Kegiatan Pendampingan Teknis Input Aplikasi E-Sakip Bappeda

POLITIK

Punya Alasan Logis, Keluarga Besar Bugis Sepakat Satu Suara All Out Menangkan UAS-Katamso

DAERAH JAMBI

Cici Abaikan Ajakan Golkar, Ini Kata Faisal Alwi

DAERAH JAMBI

Bupati Hadiri Upacara HUT TNI ke-76 di Kodim 0419/Tanjab

DAERAH JAMBI

Bupati Anwar Sadat Barat Audiensi dengan Komisi Penyuluhan Pertanian

DAERAH JAMBI

PKS Beberkan Alasan Dukung UAS, Hasil Survey Tinggi dan Alasan Ini Rupanya

POLITIK

Masyarakat Parit IV Puas dengan Kepemimpinan UAS, Serukan Bersatu Menangkan Nomor Urut 1

DAERAH JAMBI

Sidang Kasus Kapal Batu Bara di PN Kualatungkal Berjalan Alot, Kuasa Hukum Nilai JPU Gagal Paham